Saat ini perusahaan perusahaan raksasa elektronika Jepang sudah mengalami kebangkrutan. Setidaknya Sony dan Toshiba mengalami kerugian trilyunan rupiah tiap tahunnya. 2015 hampir semua raksasa Jepang kolaps. Sementara SAMSUNG dan China-Korea mulai berjaya dalam 4-5 tahun terakhir, Mengapa? para pakar ekonomi-politik internasional mengungkap, kepemimpinan dan manajemen perusahaan2 Jepang rerata hampir sama polanya yakni mengutamanaka loyalitas semu dan pengabdian kepada pemimpin bukan kepada perusahaan. Lama kelamaan kreatifitas para kreator dan inovator Jepang terkungkung hanya utk mengikuti kemauan para senior atau para pimpinan puncak. Siapa yg pandai mengambil "hati" mereka akan berjaya. Mereka yg berinovatif dengan gagasan dan terobosan baru yg objektif perlahan disingkirkan. Tinggal manusia-manusia stagnan berseliweran di perusahaa raksasa yang sdh keropos.
Tulisan tersebut menjelaskan tentang bahayanya organisasi (perusahaan, kelompok, partai, paguyuban dll) yang dihuni oleh personal-personal yang tidak loyal terhadap organisasi, melainkan loyal terhadap manusianya juga, bagi penulis hal semacam ini pernah menjadi pembahasan serius pada saat penulis berada disebuah Organisasi kepemudaan-kemahasiswaan.
Pada kenyataannya hampir seluruh organisasi apapun itu sudah mengalami kondisi tersebut, loyalitas semu, komitmen kepentingan pribadi, menjatuhkan yang lain untuk kepentingan pribadi, dan tidak segan-segan untuk mengeluarkan orang-orang yang yang dianggap punya potensi menjatuhkan dirinya. kalau kondisi yang seperti ini sudah merajalela tidak lama organisasi tersebut akan hancur dengan sendirinya. Karena organisasi akan dihuni oleh orang bernafsu tinggi untuk mencapai kepentingan pribadi ketimbang memikirkan organisasinya, potensi-potensi sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif akan lenyap bahkan hilang, walaupun tidak lenyap manusia-manusia berpotensi ini harus menjual dirinya pada orang yang dianggap berkuasa.
Kepatuhan pada pimpinan organisasi sangat ditekannkan, tapi bukan berarti sesuatu yang salah pada pemimpin harus dibenarkan. Harus ada kontrol, kritik dan saran kepada pemimpin kalau dirasa perlu tentunya untuk perkembangan organisasi, yang terjadi pada saat ini ketika pemimpin jelas-jelas melakukan suatu yang salah, malah dibenarkan oleh anak buahnya hanya karena khawatir jabatannya hilang, tidak dikasih "uang saku", atau hanya sekedar biar dibilang orang yang paling setia (setor muka).
Untuk orang-orang yang berkecimpung didalam organisasi sangat perlu belajar dari peristiwa Jepang (pengabdian pada pemimpin/loyalitas semu) dan China-Korea (yang mementingkan kejayaan organisasi), agar organisasi yang kita huni berumur panjang dan berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar