dalam beberapa tahun ini aksi jalanan mulai dianggap tidak menarik dan seakan-akan sudah tidak relevan lagi dalam menjawab permasalahan bangsa dan negara atau permasalahan khlayak umum (masyarakat miskin), dan yang menjadi solusi dalam beberapa diskusi yang dilakukan oleh mahasiswa adalah mahasiswa atau pemudah dalam melakukan aksi harus langsung melakukan audiensi dengan yang mempunyai kebijakan atau solusi kedua adalah bagaimana aksi lebih ditekankan pada advokasi (pendampingan) terhadap masyarakat yang menerima kebijakan. sebenarnya disadari atau tidak dalam perkembangan gerakan mahasiswa/pemuda terjebak pada gerakan elit, dimana solusi terakhir memang disajikan sebagai perbandingan terkait dengan pilihan gerakan dan solusi pertama adalah solusi yang sebenarnya sudah dipersiapkan untuk dijalankan.
ada beberapa faktor kenapa gerakan jalanan sudah tidak lagi sebagai alternatif gerakan untuk membendung sebuah kebijakan yang tidak pro terhadap masyarakat umum, yang pertama stigma mahasiswa baik yang terjun langsung di organisasi lembaga kampus intra maupun eksra sudah mengalami kejenuhan dan rasa sensitivisme/responsbility terhadap perubahan sosial masih kurang, hal tersebut mengakibatkan lemahnya gerakan jalanan.
yang kedua gerakan jalanan sudah tidak dianggap sebagai kebanggaan bagi seluruh aktivis, karena pada era new globalisasi mahasiswa atau pemuda selalu ditarik pada hal yang "populer" dan gerakan jalanan cenderung dianggap tidak ada gunanya. yang ketiga dalam era dunia media massa seperti saat ini dalam mempublikasikan kemasyarakat umum dan dalam pemeberitaan ketika ada aksi turun jalan yang menjadi tekan dari produksi media cetak aau media elektronik adalah "ricuhnya sebuah aksi massa, tapi tidak menampilkan apa yang ingin dipesankan atau disampaikan" yang mengakibatkan ketidakpercayaannya masyarakat kepada mahasiswa atau pelaksana aksi jalanan. yang keempat adalah bentukan karakter bangsa saat ini sudah tidak lagi menanamkan semangat perubahan tapi semua ditarik pada kepentingan pribadi yang itu mengakibatkan jiwa individualisme masyarakat semakin tinggi.
dalam beberapa analisis dan hasisl diskusi kultural maupun formal empat faktor itulah yang menjadi titik permasalahan yang dihadapi oleh organisasi gerakan, mahasiswa yang seharusnya peka terhadap peruabahan sosial sekarang sudah tidak ada bedanya dengan masyarakat umum, padahal dalam membicarakan kestabilitasan sebuah pemerintan harus ada yang oposisi ekstraparlementer (Organisasi Kepemudaan/mahasiswa). bangsa/negara Indonesia lagi menaruh harapan besar terhadap kepedulian dan kepekaan masyarakat secara umum, mahasiswa sebagai tonggak perubahan dan pemerintahan adil dan jujur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar