Minggu, 27 November 2011

PKC PMII Jawa Timur GATAL (Gagal Total)


Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur, sudah semestinya melaksanakan Konfrensi Koordinator Cabang (KONKORCAB) mengingat masa berlaku Surat Keputusan (SK) dari PB PMII sudah melampui yang sudah ditentukan, PKC PMII Jawa Timur masa kepengurusannya selasai pada bulan Agustus, tapi sampai sekarang PKC PMII jawa Timur masih belum menemukan kejelasan terkait dengan KONKORCAB Jawa Timur.

Sahabat Mukafi Makki Ketua Umum PKC PMII Jawa Timur mengalami kebingungan terkait dengan pelaksanaan Konfrensi karena secara Pengurus Korcab PMII jawa Timur sebagian besar tidak aktif, sampai ada tarik ulur penetapan tanggal pelaksanaan KONKORCAB. dan dalam isue berkembang terkait dengan tempat pelaksanaan KONKORCAB sebagian cabang mengklaim menjadi tuan rumah Konfrensi dua tahunan ini, seperti PMII Cabang Pamkasan, PMII Cabang Tuban mengklaim KONKORCAB dilaksanakan di zona Matraman, PMII Cabang Madiun sempat muncul kepermukaan segabai tuan rumah.

ketidakjelasan ini sebenarnya sudah beralasan karena surat dan Term Of Refrensi (TOR) atau proposal kegiatan masih belum sampai kecabang-cabang khususnya PMII Cabang Kota Malang. dalam kondisi genting seperti ini yang di alami PKC PMII jawa Timur harus menemukan solusi untuk mempercepat dilaksanakannya Konfrensi PMII tingkat provensi, sudah tidak ada tawaran lagi tentang tidak diadakannya konfrensi trsebut.

sudah jelas ketika PKC PMII jawa Timur tidak mampu mengadakan Konfrensi maka kepengurusan PKC PMII jawa Timur pada periode ini sudah dianggap gagal total, Ketua Umum PKC yang akrab dipanggil Jayen ini, hampir tidak melaksanakan program kerjanya. kegagalan sebuah organisasi juga dilihat produktifitas program kerja yang dilaksanakan.

Jumat, 28 Oktober 2011

PMII UIN Malang Menuntut Pemuda Harus Lebih Aktif


Malang, 28/10/2011. Dalam memperingati hari sumpah pemuda mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UIN Malang melakukan aksi dan membagikan bunga didalam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Masa Aksi yang diikuti 70 ini melakukan orasi dan menyanyikan Indonesia Raya dii dalam kampus sambil mengintari didalam kampus,selain melakukan orasi masa aksi juga membagikan bunga ke mahasiswa-mahasiswa UIN Malang.

dalam orasinya "menuntut mahasiswa UIN Malang untuk sadar akan tanggung jawab sebagai mahasiswa, dan pemuda harus lebih aktif lagi dalam menjadikan bangsa lebih baik. papar ketua PMII UIN Irham

PMII UIN Malang ini juga melakukan aksi didepan kampus juga dan aksi mahasiswa membubarkan diri setelah mengumandangkan teks sumpah pemuda secara serentak.

Kamis, 27 Oktober 2011

PMII Kanjuruhan Aksi Sumpah Pemuda



Malang, 28 Oktober 2011. dalam memperingati hari sumpah pemuda banyak cara yang dilakukan oleh mahasiswa di Kota Malang, seperti yang di lakukan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Kanjuruhan. PMII Komisariat Kanjuruhan ini memperingati hari sumpah pemuda ini dengan melakukan aksi damai dan teaterikal di depan Universitas Kanjuruhan Malang.

Aksi yang di mulai dari jam 80:00 sampai dengan jam 11:00 sempat memacetkan jalan raya, dalam aksinya PMII Komisariat Kanjuruhan menyerukan semangat pemuda untuk kebangkitan bangsa, "pemuda sekarang ini harus bertanggung jawab atas amanah sumpah pemuda demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan NKRI" kata Busairy Ketua komisariat Kanjuruhan.

dalam orasinya "meminta seluruh pemuda untuk sadar akan tanggung jawab sebagai pemuda, sumpah pemuda adalah momentum kesatuan-persatuan pemuda-pemudi indonesia" teriak ketua komisariat, yang lebih akrab disapa edo.

sebelum membubarkan diri masa aksi PMII Komisariat kanjuruhan ini melakukan aksi teaterikal di sebagai simbol penolakan terhadap kegagalan negara saat ini dan membacakan teks sumpah pemuda secara serentak.

MANIFESTO PEMUDA


oleh : Niri Yanto
disampaikan di Refleksi Sumpah Pemuda
PMII Komisariat UNITRI

Kala zaman yang dahaga menuntut mereka angkat suara juga angkat senjata, mereka berikrar kata bertumpah darah, bangsa dan bahasa. Padahal indonesia masih jauh dari merdeka, pemuda-pemudi api revolusi yang mendobrak menjebol stagnasi lewat panasnya diskusi dan seribu aksi, Ia arsitek perubahan disaat bangsa diambang kesusahan
(MATA NAJWA)
Momentum sumpah pemuda merupakan salah satu bagian dalam catatan sejarah bangsa indonesia, dan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah suatu bukti otentik kelahiran bangsa indonesia. Bersatunya pemuda-pemudi indonesia langkah awal rakyat indonesia untuk hadir dalam bahasa pembebasan dari penjajah, lebih dari seratus abad bangsa indonesia berada dibawah bayang-bayang penindasan kolonialisme , kesengsaraan, kesusahan dan kelaparan.
Atas semangat juang pemuda Indonesia dan bersatu untuk perubahan, pemuda indonesia memberanikan mengadakan kongres pemuda ke kedua atas dasar inisiatif dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi yang tergabung dari organisasi-organisasi pemuda yang tersebar di penjuru bumi nusantara. Dengan semangat bersatu para pemuda-pemudi indonesia melebur menjadi satu, Berbangsa, Bertumpah dan Berbahasa.
Sumpah Pemuda awal dari sebuah ikrar untuk semangat revolusi Indonesia, semangat juang pemuda Indonesia mengantarkan bangsanya pada PROKLAMSI tanggal 17 Agustus 1945 dimana tercetusnya sebuah kemerdekaan di bangsa Indonesia. Embrio kemerdekaan yang lahir dari pemuda-pemudi Indonesia itu hanya untuk mendorong bangsa Indonesia lebih mengangkat harkat dan bermartabat sebuah bangsa.
Pemuda adalah satu-satunya manusia untuk berbicara tentang revolusi, semangat juang, rela berkorban satu-satunya jalan untuk menanamkan jiwa nasionalisme, maka hari ini perlu disadari 83 tahun yang silam, berkumpul pemuda-pemudi untuk merumuskan bangsa dimasa yang akan datang, Mohammad Yamin, Mr. Sunario, Sugondo Djojopuspito dan pemuda-pemudi lainnya.
Mereka sama seperti kita sekarang ini yang lagi mendiskusikan tentang bangsa Indonesia, raungan-raungan revolusi wajib untuk kita sebarkan demi menata bangsa indonesia, zaman sudah demokratis, pendapat mudah terdengar seantero bumi pertiwi, tidak alasan bagi pemuda sekarang untuk tertinggal dari zamannya.

Kamis, 20 Oktober 2011

PMII : " Negara Gagal " Tuntutan SBY Turun


Malang, 20 oktober 2011. aksi mahasiswa mengepung kantor DPRD Kota Malang, masa aksi yang bergelombang tersebut di mulai sejak jam 09:00 WIB. gelombang aksi pertama datang di kantor DPRD dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Brawijaya, dilanjutkan dengan KAMMI dan HMI.

Gelombang aksi berlanjut dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Malang, dedepan kantor DPRD masa aksi PMII beorasi bahwa "NEGARA GAGAL", kegagalan ini disebabkan presiden SBY tak mampu menjalankan pemerintahan dengan baik, dengan membawa PANTURA (Panca Tuntutan Rakyat) PMII mengecam SBY-Budiono mundur dari jabatannya.

selain melakukan orasi, juga melakukan bakar atribut aksi sebagai bentuk penolakan terhadap SBY, sebelum bakar masa aksi melakukan sholat hajat untuk memulihkan kondisi bangsa, masa aksi PMII sempat tegang dengan aparata kepolian yang mengamankan aksi. masa aksi PMII membubarkan setelah ditemui perwakilan dari anggota dewan dari Fraksi PDI-P.

Selasa, 18 Oktober 2011

Zamroni Tokoh Gerakan Yang Inspiratif


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam perjalanannya sudah banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional dan cukup mewarnai dalam dinamika perpolitikan yang terjadi di Indonesia dengan visi perubahan bangsa, Mahbub Junaidi, Muhammad Zamroni, Surya Dharma Ali, Muhaimin Iskandar, Nusron Wahid, Malik Haramain dll. nama-nama tersbut adalah sebagian tokoh yang pernah merasakan dinamika organisasi yang bernama PMII, tapi dari sekian banyak tokoh yang dilahirkan oleh PMII masih ada yang dilupakan oleh kader-kader PMII sendiri yang semestinya harus dijadikan spirit dalam membangun PMII yang lebih bermartabat bagi kader PMII maupun bagi organisasi.

Sahabat Muhammad Zamroni adalah tokoh yang tidak banyak masyarakat tau, bahkan nama yang lebih akrab di panggil Sahabat Zamroni ini tidak terlalu populer dimata kaum pergarakan, padahal jasa-jasa yang dilakukan oleh Zamroni tidak kalah penting untuk dijadikan sebuah motivasi dan spirit gerakan PMII kedepannya, mantan ketua umum PB. PMII pada tahun 1967-1970 ini hanya lebih dikenal sbagai ketua umum PB. PMII setelah Sahabat Mahbub Junaidi tapi banyak kalangan tidak mengenal sebagai sosok atau tokoh gerakan nasional, bahkan nama Muhammad Zamroni menghilang begitu saja.

Disadari atau tidak, terjadinya aksi besar-besaran pada tahun 1966 yang mengatasnamakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) adalah buah keringatnya Sahabat Zamroni bersama mahasiswa-mahasiswa yang tersebar di Indonesia dan sahabat Zamroni dipilih sebagai Ketua Presidium KAMI Pusat (Mulai pertama dibentuk sampai bubar), KAMI adalah motor gerakan mahasiswa angkatan 66 yang bertujuan untuk merobohkan rezim orde lama (orla), yang pada saat itu Ir. Soekarno sebagai presiden yang memakai sintem terpimpin. Zamroni juga ditengarai sebagai tokoh yang menginspirasi setelah Ir. Soekarno. keberhasilan dalam menumbangkan rezim orde lama tidak terlepas dari tokoh-tokoh pada masanya dan Zamroni adalah seorang pemberani untuk mmerangi segala ketidakadilan di bangsa ini.

Tokoh muda pada masanya memberikan inspirasi tersendiri bagi kalangan kaum pergerakan (PMII) karena dia satu-satunya Ketua Umum PB. PMII yang dipilih tanpa kehadirannya di lokasi kongres, karena pada waktu Zamroni lagi di Tokyo - Jepang, dalam rangka operasi jari tangan kanan akibat kecalakaan mobil sewaktu konsolidasi KAMI ke daerah Serang. Tokoh yang fenomenal dalam perkembangan PMII ini sangat memberikan nuansa yang "Berani dan Kritis"

Perjalanan Zamroni tidak hanya berhenti pada kepuasan dalan meruntuhkan Rezim Orde Lama, tapi Zamroni adalah sosok yang sangat memperhatikan keberlangsungan organisasi (PMII) dalam menapaki masa depan organisasi. Pada masa kepemimpinan sahabat Zamroni yang ke dua inilah PMII menyatakan diri “Independen”, (dicetuskan di MUBES II di Murnajati Lawang Malang 1972). Dialah penggagas Independensi PMII. Pada masa kepemimpinan sahabat Zamroni inilah PMII berkembang sangat pesat terutama jika dilihat dari segi banyaknya Cabang-cabang yang ada, tidak kurang dari 120 cabang yang hidup diseluruh Indonesia. Suatu prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat sulit terulang kembali hingga sekarang ini.

Dari berbagai jasa-jasanya yang telah jadi inspirasi bagi kader PMII maupun bagi tokoh gerakan masa kini, sangat tidak pantas kalau perjuangannya hanya dimaknai dengan memperingati semacam open ceremony, tapi gambaran gerakan yang dilakukan oleh Muhammad Zamroni harus dijadikan spirit gerakan dalam menapaki perubahan bangsa. Tokoh Gerakan pemeberani seperti Zamroni tidak banyak orang yang menuliskan tentang Gerakan dirinya, semangat gerakannya hanya terdengar dari sebuah cerita-cerita kecil dari sebuah forum-forum dan seminar-seminar tentang gerakan nasional. baru disadari bahwa Zamroni adalah tokoh yang mulai menghilang.

Drs. HM. Zamroni bin Sarkowi, Berpulang ke Rahmatullah pada dini hari pukul 03.00 WIB, Hari Senen Tanggal 5 Februari 1996, di RS Fatmawati Jakarta Selatan karena sakit sesak pernafasan dan stroke yang diderita sejak lama. Meninggalkan seorang Isteri, 3 (tiga) orang putra-putri dan 4 (empat) orang cucu. Dimakamkan di Pemakaman Khusus Tanah Kusir Jakarta.

4 Faktor Matinya Gerakan

dalam beberapa tahun ini aksi jalanan mulai dianggap tidak menarik dan seakan-akan sudah tidak relevan lagi dalam menjawab permasalahan bangsa dan negara atau permasalahan khlayak umum (masyarakat miskin), dan yang menjadi solusi dalam beberapa diskusi yang dilakukan oleh mahasiswa adalah mahasiswa atau pemudah dalam melakukan aksi harus langsung melakukan audiensi dengan yang mempunyai kebijakan atau solusi kedua adalah bagaimana aksi lebih ditekankan pada advokasi (pendampingan) terhadap masyarakat yang menerima kebijakan. sebenarnya disadari atau tidak dalam perkembangan gerakan mahasiswa/pemuda terjebak pada gerakan elit, dimana solusi terakhir memang disajikan sebagai perbandingan terkait dengan pilihan gerakan dan solusi pertama adalah solusi yang sebenarnya sudah dipersiapkan untuk dijalankan.



ada beberapa faktor kenapa gerakan jalanan sudah tidak lagi sebagai alternatif gerakan untuk membendung sebuah kebijakan yang tidak pro terhadap masyarakat umum, yang pertama stigma mahasiswa baik yang terjun langsung di organisasi lembaga kampus intra maupun eksra sudah mengalami kejenuhan dan rasa sensitivisme/responsbility terhadap perubahan sosial masih kurang, hal tersebut mengakibatkan lemahnya gerakan jalanan.

yang kedua gerakan jalanan sudah tidak dianggap sebagai kebanggaan bagi seluruh aktivis, karena pada era new globalisasi mahasiswa atau pemuda selalu ditarik pada hal yang "populer" dan gerakan jalanan cenderung dianggap tidak ada gunanya. yang ketiga dalam era dunia media massa seperti saat ini dalam mempublikasikan kemasyarakat umum dan dalam pemeberitaan ketika ada aksi turun jalan yang menjadi tekan dari produksi media cetak aau media elektronik adalah "ricuhnya sebuah aksi massa, tapi tidak menampilkan apa yang ingin dipesankan atau disampaikan" yang mengakibatkan ketidakpercayaannya masyarakat kepada mahasiswa atau pelaksana aksi jalanan. yang keempat adalah bentukan karakter bangsa saat ini sudah tidak lagi menanamkan semangat perubahan tapi semua ditarik pada kepentingan pribadi yang itu mengakibatkan jiwa individualisme masyarakat semakin tinggi.



dalam beberapa analisis dan hasisl diskusi kultural maupun formal empat faktor itulah yang menjadi titik permasalahan yang dihadapi oleh organisasi gerakan, mahasiswa yang seharusnya peka terhadap peruabahan sosial sekarang sudah tidak ada bedanya dengan masyarakat umum, padahal dalam membicarakan kestabilitasan sebuah pemerintan harus ada yang oposisi ekstraparlementer (Organisasi Kepemudaan/mahasiswa). bangsa/negara Indonesia lagi menaruh harapan besar terhadap kepedulian dan kepekaan masyarakat secara umum, mahasiswa sebagai tonggak perubahan dan pemerintahan adil dan jujur.

Senin, 17 Oktober 2011

KOPRI PMII Harus "Jantan"


Lembaga yang menaungi kader putri atau yang lebih dikenal dengan KOPRI (Korp Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri)di PMII masih belum menemukan kestabilan organisasi maupun dalam mendistribusikan sumber daya manusia yang mengisi BSO KOPRI tersebut, permasalahan tersebut dialami semua struktur mulai dari PB (Pengurus Besar) sampai tingkatan PK (Pengurus Komisariat) di kepengurusan yang ada di organisasi yang namanya PMII. KOPRI yang merupakan salah satu wadah yang disediakan oleh PMII untuk meningkatkan kualitas, potensial dan skill dari kader putri ternyata masih belum mampu memberikan warna perkembangan politik nasional maupun di tingkatan lokal.

Dalam perjalanannya KOPRI masih tersendat-sendat, lembaga yang berdiri pada tanggal 7-11 Februari 1967 yang diresmikan di Kongres III bertempat di Malang, jawa timur. sejarah KOPRI dimulai dari dibentuknya Departemen Keputrian dengan berkedudukan di Surabaya Jawa Timur, semangat berdirinya KOPRI dalam bebrapa tahun disambut dengan antusias oleh kader-kader putri hal tersebut dibuktikan dengan mengadakan MUNAS (Musyawah nasional)pertama yang diadakan oleh Korp PMII Putri pada kongres IV PMII.

wadah untuk kader putri ini dalam kenyataan dilapangan secara kemandirian organisasi masih belum bisa mewarnai dalam kehidupan PMII, kembang-kempisnya KOPRI menjadi soroton serius dari kader-kader PMII maka pada kongres VII di Medan dibubarkan dengan melalui voting, perjalanan KOPRI sampai saat ini masih jadi perdebatan yang bisa dibilang serius, mulai dari perdebatan masalah nama wadah kader putri maupun perdebatan masalah status KOPRI, pada kongres XVII di Banjarbaru Kalimantan Selatan masih menuai perdebatan dan perbedaan pendapat yang sangat luar biasa, antara BSO (Badan Semi Otonom) atau BANOM (Badan Otonom).

perbedaan pendapat ternyata juga terjadi di kader-kader putri sendiri, karena melihat kondisi kuantitas dan kualitas kader ditiap-tiap cabang berbeda, melihat hal yang seperti ini, seharusnya KOPRI yang lembaga yang menaungi kader putri bisa merangkul semua cabang, dan adanya KOPRI harus di dotrinasi keseluruh kader putri bahwa KOPRI sebagai wadah yang mampu menjaring potensial kader putri dan posisi KOPRI sebagai lembaga harus diperjelas dan jangan diombang-ambing dengan kondisi, dan jangan juga KOPRI dipolitisasi oleh beberapa oknum.

Minggu, 16 Oktober 2011

Mahasiswa Dalam Dinamika Perubahan Sosial


dizaman modern seperti saat ini, mahasiswa masih mempunyai tempat terdepan dalamberbicara tentang perubahan bangsa/negara atau perubahan sosial, asumsi masyarakat secara umum bahwa mahasiswa adalah manusia yang mempunyai keitelektualan yang sangat tinggi, mempunyai kesadaran gerakan moral, berani dalam mengambil kepetusan, mempunyai kukuatan interaksi yang tinggi, selalu memberikan kontrol pada pemerintahan yang tidak pro terhadap rakyat. semua itu tidak terlepas dari kehidupan mahasiswa di perguruan tinggi yang memberikan kemandirian terhadap mahasiswa, dalam termonologinya Perguruan tinggi adalah sebuah institusi yang tidak sekedar untuk kuliah, mencatat pelajaran, pulang dan tidur. Tapi harus dipahami bahwa perguruan tinggi adalah tempat untuk penggemblengan mahasiswa dalam melakukan kontempelasi dan penggambaran intelektual agar mempunyai idealisme dan komitmen perjuangan sekaligus tuntutan perubahan.



Penggagasan terhadap terminologi perguruan tinggi tidak akan bisa dilepaskan bisa dilepaskan dari suplemen utama, yaitu mahasiswa. Stigma yang muncul dalam diskursus perguruan tinggi selama ini cenderung berpusat pada kehidupan mahasiswa. Hal ini sebagai konsekuensi logis agresitivitas mereka dalam merespon gejala sosial ketimbang kelompok lain dari sebuah sistem civitas akademika. tanggung jawab yang di emban oleh tidak mudah karena mahasiswa digolongkan sebagai civil society, masyarakat yang mempunyai kemandirian dan mengerti alur kebijakan pemerintah, mahasiswa juga dianggap sebagai masyarakat penyambung dari aspirasi rakyat terhadap pemerintah, maka dari itu mahasiswa mempunyai kewajiban yang sanat mulia untuk keberlangsungan masyarakat.



Peran dan Posisi Dalam Dinamika Perubahan Sosial (1928-1998)



peran dan posisi mahasisiwa dalam rentetan sejarah sebenarnya dimulai dari terbentuknya organisasi modern pertama yaitu pada tahun 1908 yang dikenal dengan Budi Otomo (BO), dalam perkembangannya BO tidak bertahan lama dalam mengawal dan memerangi penjajah, semangat pemuda tidak lantas luntur karena embrionya sudah tertanam yaitu munculnya organisasi pertama, hal tersebut terbukti munculnya semangan pemuda yang lebih dikenal dengan Sumpah Pemuda pada tahun 1928, awal semangat untuk merdekakan bangsa indonesia dan semangat pemuda tersebut tercapai pada tahun 1945 dimana Kemerdekaan yang ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno dan Moch. Hatta atas nama rakyat. semangat mahasiswa tidak lantas berhenti setelah kemerdekaan dicapai selang 25 tahun kepemerintahan dari Ir. Soekarno-Moch. Hatta di lengserkan oleh mahasiswa tepatnya pada tahun 1965-1966.



peralihan orde lama ke orde baru membawa bangsa indonesia pada malapeta yang sangat jauh ketempingannya dari sebelumnya, keperintahan otoriter Soeharto membuat mahasiswa dalam tekanan yang sangat luar biasa dari pihak militer, tapi mahasiswa dalam memciptakan dinamika gerakan terus bergulir pada masa orde baru meledaknya pada tahun 1974 pembakaran produk-produk jepang yang menguasai perekonomian indonesia yang lebih dikenal dengan MALARI (Malapetaka 15 Januari), dengan melihat gerakan-gerakan mahasiswa yang terorganisir pemerintah membuat kebijakan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/ Badan Koordinasi Kampus) dimana kehidupan mahasiswa tidak lagi diatur oleh dirinya sendiri akan tetapi semuanya diatur oleh pihak kampus dengan interuksi dari pemerintah, perjalanan NKK/BKK tidak bertahan lama karena pada tahun 1977-78 mahasiswa terus melakukan gerakan-gerakan untuk menghapus NKK/BKK dan gerakan mahasiswa dilanjutkan pada 1998 yang dikenal dengan REFORMASI, mahasiswa dalam menciptakan dinamika perubahan sosial tidaklah mudah, dan gerakan itu adalah salah satu tanggu jawab mahasiswa terhadap kehidupan sosial.



Lahirnya Sumpah Pemuda Sebagai Pemersatu (28 Oktober 1928)

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat. Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda.





Rapat Pertama, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.





Rapat Kedua, Gedung Oost-Java Bioscoop

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.





Rapat Ketiga, Gedung Indonesisch Huis Kramat

Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.



Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945)

keinginan bangsa indonesia untuk merdeka sudah sejak lama, tapi keinginan tersebut masih menemukan titik terang karena pihak sekutu jepang dan inggris masih kuat untuk dikalahkan, kesadaran-kesadaran untuk merdeka sudah tumbuh didalam diri kaum muda indonesia. dengan dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Serikat di dua kota besar di Jepang yaitu Hirosima dan Nagasaki sebuah peluang besar untuk memberikan indonesia merdeka.



Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Berita tentang kekalahan Jepang ini masih dirahasiakan oleh Jepang. Namun demikian para pemimpin pergeraakan dan pemuda Indonesia lewat siaran luar negeri telah mengetahui pada tanggal 15 Agustus 1945. Untuk itu para pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Pegangsaan Timur No.56 Jakarta dan meminta agar mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia lepas dari pengaruh Jepang. Bung Karno dan Bung Hatta tidak menyetujui dengan alasan bahwa proklamasi perlu dibicarakan dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sehingga pada malam hari tanggal 15 Agustus 1945 mengadakan rapat di ruang Laboratorium Mikrobiologi di Pegangsaan Timur yang dihadiri oleh Soekarni, Yusuf Kunto, Syodanco Singgih, dan Chaerul Saleh sebagai pemimpinnya. Hasil rapat disampaikan oleh Darwis dan Wikana yaitu mendesak agar Soekarno-Hatta memutuskan ikatan dengan Jepang. Muncul suasana tegang sebab Soekarno-Hatta tidak menyetujuinya. Namun golongan muda tetap mendesak agar tanggal 16 Agustus 1945 diproklamasikan kemerdekaan. Prinsip golongan tua menekankan masih perlunya diadakan rapat PPKI.



Kemudian dini hari tanggal 16 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat di Asrama Baperpi, Jalan Cikini 71 Jakarta dengan keputusan untuk membawa Bung Karno dan Bung Hatta keluar kota agar tidak terkena pengaruh Jepang. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno-Hatta diculik oleh Soekarni, Yusuf Kunto, dan Syodanco Singgih ke Rangasdengklok. Pada sore harinya, Ahmad Soebarjo memberi jaminan bahwa selambat-lambantnya esok hari tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta akan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, maka Cudanco Subeno (komandan kompi tentara PETA di Rengasdengklok) memperbolehkan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. dan mendapatkan respon yang positip dari rakyat indonesia, semua masyarakat meluapkan kegembiraanya.



Mahasiswa dan Runtuhnya Orde Lama (ORLA) (1965-66)

pasca kemerdekaan Republik Indonesia mengalami kekacauan politik dan ekonomi, hal tersebut dialami pada tahun 60-an, dimana kesejahteraan masyarakat sangat terpuruk dan diperparah dengan kondisi politik yang semakin tidak karauan. kondisi tersebut menggugah kesadaran mahasiswa dan masyarakat untuk memperbaiki tatanan bangsa indonesia, mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) menyuarakan yang dikenal dengan TRITURA (Tri Tuntunan Rakyat) yang pertama Bubarkan PKI beserta ormas-ormasnya, yang kedua Perombakan Kabinet DWIKORA dan yang ketiga Turunkan Harga dan Perbaiki Sandang pangan. 3 (tiga) tuntutan itulah yang menjadi kunci utama untuk melawan pemerintah yang tidak segera memulihkan kondisi bangsa. aksi tersebut juga diikuti oleh berbagai kesatuan-kesatuan aksi peduli bangsa.



Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakayat, yaitu dengan dikeluarkannya SUPERSEMAR (surat perintah sebelas maret) dari Presiden Sukarno kepada penerima mandat Suharto. Peralihan ini menandai berakhirnya ORLA (orde lama) dan berpindah kepada ORBA (orde baru).



Meruntuhkan Rezim otoriter (Orde Baru)

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.

Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.



Gerakan Mahasiswa dab Peristiwa MALARI Tahun 1972

Gerakan ini dikenal dengan terjadinya peristiwa MALARI (Malapetaka Lima Belas Januari). Tahun angkatan gerakan ini menolak produk Jepang dan sinisme terhadap warga keturunan. tuntutan tersebut lebih menekankan pada gerakan nasionalisme, dimana produk-produk jepang menguasai pasar indonesia dan tidak memberikan ruang terhadap produk-produk indonesia, aksi tersebut dilakukan dengan pembakaran segela bentuk yang berhubungan dengan Jepang.



Berlakunya NKK/BKK pada tahun 1978-90-an

Simbol institusi perlawanan mahasiswa saat itu adalah Dewan Mahasiswa, organisasi intra kampus yang berkembang di semua kampus. Karena Dewan Mahasiswa menjadi pelopor gerakan mahasiswa dalam menolak pencalonan Soeharto pasca pemilu 1977, kampus dianggap tidak normal saat itu dan dirasa perlu untuk dinormalkan. Lahirlah kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) sekaligus pembubaran dan pelarangan organisasi intra universitas di tingkat perguruan tinggi yaitu Dewan Mahasiswa.



Dan sejak 1978 itulah, ketika NKK/BKK diterapkan di kampus, aktivitas kemahasiswaan kembali terkonsentrasi di kantung-kantung Himpunan Jurusan dan Fakultas. Mahasiswa dipecah-pecah dalam disiplin ilmu nya masing-masing. Ikatan mahasiswa antar kampus yang diperbolehkan juga yang berorientasi pada disiplin ilmunya, misalnya ada Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI), Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) dan sebagainya.



Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) adalah kebijakan pemerintah untuk mengubah format organisasi kemahsiswaan dengan melarang Mahasiswa terjun ke dalam politik praktis, yaitu dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, dimana Organisasi Kemahasiswaan pada tingkat Perguruan Tinggi bernama SMPT (senat mahasiswa perguruan tinggi).



NKK/BKK menjadi dua akronim yag menjadi momok bagi aktivis Gerakan Mahasiswa tahun 1980-an. Istilah tersebut mengacu pada kebijakan keras rezim Presiden Soeharto pada tahun 1978 melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk membungkam aksi kritis mahasiswa terhadap jalannya pembangunan dan kebijaksanaan pemerintah saat itu.



Lahirnya Reformasi dan Runtuhnya Orde Baru 1998

Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998.



Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPR/MPR menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen mahasiswa dengan berbagai atribut almamater dan kelompok semuanya tumpah ruah di Gedung Dewan ini, tercatat FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), FORBES (Forum Bersama), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan FORKOT (Forum Kota). Sungguh aneh dan luar biasa, elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan : Turunkan Soeharto.



Perjuangan mahasiswa menuntut lengsernya sang Presiden memang tercapai, tapi perjuangan ini sangat mahal harganya karena harus dibayar dengan 4 nyawa mahasiswa Tri Sakti, mereka gugur sebagai Pahlawan Reformasi, serta harus dibayar dengan tragedi Semangi 1 dan 2. Memang lengser nya Soeharto seolah menjadi tujuan utama pada gerakan mahasiswa sehingga ketika pemerintahan berganti. REFORMASI terus bergulir, perjuangan mahasiswa tidak akan pernah berhenti sampai disini. Perjuangan dari masa ke masa akan tumbuh jika Penguasa tidak berpihak kepada rakyat.



Tanggung Jawab Mahasiswa Dalam Kehidupan Sosial

mahasiswa merupakan "sebuah kelompok masyarakat" yang mempunyai tempat yang paling istimewa dalam strata sosial, karena mahasiswa dianggap manusia yang dianggap paling tau dan pintar dalam segala hal, stigma yang seperti itulah masih melekat pada masyarakat secara umumnya. disamping itu juga mahasiswa mendapatkan gelar ganda yang pertama mahasiswa "manusia yang paling pintar" dan yang kedua mahasiswa mempunyai peran untuk menciptakan perubahab terhadap bangsa, mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat.



tapi PASCAREFORMASI 1998 gerakan mahasiswa seakan-akan meredup, statis pasif, dan mandek. Padahal, gerakan mahasiswa saat itu mampu mengubah sejarah negeri ini. Mahasiswa mampu menumbangkan rezim otoriter Soeharto. Sebagai kekuatan besar, gerakan mahasiswa masih memiliki legitimasi moral dari masyarakat. Namun, walau harapan tinggi dari masyarakat masih dibebankan ke pundak mahasiswa, saat ini gerakan mahasiswa cenderung menurun. Mahasiswa seakan-akan tak memiliki progresivitas dan sensitivitas dalam menanggapi berbagai persoalan riil bangsa ini.



Itu sangat tampak jika kita melihat ruang-ruang diskusi mahasiswa yang tak lagi diramaikan pembicaraan tentang problematika umat. Jika dahulu keterbatasan media malah membuat para aktivis kampus makin kreatif dan kritis, saat ini berbanding terbalik. Banyak gerakan mahasiswa terjebak berbagai kepentingan pribadi dan golongan. Selain itu, era globalisasi dengan teknologi yang makin canggih dan membuat dunia makin kecil justru makin mengerdilkan jiwa para aktivis pergerakan mahasiswa. Suara keberanian dan kejujuran mahasiswa yang semula nyaring terdengar, kini seakan-akan hilang bagai ditelan bumi. Posisi tawar mahasiswa yang semula senantiasa menjadi kebanggaan, kini tak lagi ada.



Idealisme sebagai prinsip dasar gerakan mahasiswa seolah-olah tertawan di ruang perkuliahan yang sangat mengekang. Sifat kritis sebagai senjata utama mahasiswa dalam mengupas berbagai isu dan persoalan bangsa, menanggapi berbagai kebijakan pemerintah, serta memperjuangkan aspirasi rakyat menumpul dan berkarat. Semua itu menjadi faktor penyebab kemandekan gerakan mahasiswa. Akibatnya, gerakan mahasiswa yang dulu lebih mengedepankan kepentingan rakyat kecil, saat ini hanya berperan sebatas lingkup kampus. Tak pelak, yang tampak adalah gerakan mahasiswa mati suri.



sebagai bahan refleksi dan kesadaran akan tanggung jawab terhadap perubahan sosial, ada beberapa asumsi sebagai landasan berpijak dan berfikir :

1. Mahasiswa jangan terlalu apatis terhadap kondisi yang menimpa masyarakat.

2. menjadikan jargon Agent Of Change sebagai prinsip kemandirian.

3. Menekankan pada Moral Force



Mahasiswa dan PMII

untuk mewujudkan dan memberikan kesadaran atas "tanggung jawab sosial" banyak yang dilakukan oleh insan mahasiswa, mulai dari mahasiswa sebagai akademisi, organisatoris, hedonis, apatis dll. dalam mewujudkan peranan tersebut mahasiswa perlu adanya wadah "pengglembangan" untuk ditempa sebagai insan yang berguna, wadah tersebut adalah Pergerakan Mhasiswa Islam Indonesia yang mempunyai nilai-nilai penting untuk dijadikan pedoman dalam berfikir dan bertindak. yang pertama adalah Nilai Dasar Pergerakan (NDP) sebagai acuan mahasiswa sebagai mahkluk tuhan dan manusia sebagai pemimpin dimuka bumi, mengajarkan manusia pada pentingnya relasi sosial dan menjaga kelestarian alam yang juga sebagai ciptaan tuhan, yang kedua Ahlussunnah Wal Jamaah (ASJAWA) yang dijadikan sebagai metode berfikir, agar gerakan PMII masih terarah, yang ketiga nilai-nilai yang terarsipkan dan yang produk-produk hukum PMII, dijadikan sebagai kerangka untuk menjalankan organiasi.



Penutup



Refleksi sejarah perjuangan mahasiswa pada zaman dahulu diharapkan memberikan motivasi serta menyadarkan kembali mahasiswa sekarang betapa penting gerakan mahasiswa. Sejarah dapat berperan penting untuk menumbuhkan kembali semangat perjuangan.

Ditambah dengan keberhasilan mahasiswa dahulu yang bisa memantik keberanian mahasiswa sekarang untuk mengukir sejarah baru.



Tak kalah penting untuk menghidupkan kembali gerakan mahasiswa, harus ada dukungan dari berbagai pihak. Salah satu dukungan dari internal kampus; rektorat dapat membuat kebijakan yang mendukung serta mempermudah pertumbuhan gerakan mahasiswa. Bukan sebaliknya, kebijakan diciptakan untuk menghambat atau mematikan mahasiswa dan gerakan mahasiswa. Peran serta dukungan masyarakat pun menjadi kunci keberhasilan untuk menyemai kembali pertumbuhan gerakan mahasiswa yang mati suri. Tanpa dukungan masyarakat, tidak mungkin mahasiswa dan gerakan mahasiswa bisa eksis dan aktif. Sebab, gerakan mahasiswa pada dasarnya merupakan gerakan untuk masyarakat, bangsa, dan negara.

Facebook Sebagai Media Konsolidasi Gerakan


Hadirnya jejaring sosial (facebook) dalam perkembangan teknologi-komunikasi telah memberikan perubahan pada pola komunikasi pada masyarakat dewasa ini, semakin terciptanya "masyarakat terbuka" dan semakin tidak ada batasan jarak untuk melakukan komunikasi, bahkan batas tutorial negara sudah tidak menjadi hambatan manusia untuk melakuakan komunikasi sosial. pola komunikasi yang dilakukan dijejaring sosial yang bernama "facebook" ini sudah mengakar pada masyarakat yang tersebar di planet ini.



Jejaring sosial Facebook masih berada di peringkat pertama di jajaran jejaring sosial terpopuler saat ini. Jumlah pengguna Facebook di dunia pun dalam 6 tahun sejak berdirinya terus meningkat. dan sampai dengan tanggal 5 Februari 2011, total masyarakat dunia yang mengakses Jejaring Sosial Terpopuler Facebook saat ini telah mencapai angka yang cukup tinggi yakni 608,083,720 (sumber: checkfacebook.com). dengan banyaknya pengguna facebook ini setidaknya sudah menggeser pradigma masyarakat pada pola komunikasi yang terbangun.



Munculnya facebook ternyata mendapatkan perhatian dari banyak kalangan, seperti Presiden ke-44 Amirika serikat Barack Obama ditengarai dalam komunikasi politiknya salah satunya lewat facebook unntuk mencuri perhatian publik AS, kasus Prita Mulyasari dengan rumah sakit Omni Internasional mendapatkan perhatian dari publik Indonesia juga melalui akun group facebooknya "Koin Untuk Prita", 2 (dua) kejadian itulah sudah membuktikan bahwa facebook salah satu pola komunikasi yang paling efektif untuk melakukan konsolidasi dan propaganda. disamping dua kejadian tersebut sudah banyak pengguna facebook membuat account group yang berlatar belakang "kritis" terhadap ketimpangan sosial dan ketidakadilan. perjalanan ini seperti ini paling tidak sudah memberikan pandangan terhadap masyarakat bahwa facebook tidak hanya dijadikan alat komunikasi yang terlalu mengarah pada "individualisme".



Disamping gerakan jalanan (Demonstrasi) masih relevan dilakukan. paling tidak, facebook dijadikan "corong" kekuatan untuk mengkonsolidasikan diri dan mempropaganda isu, apalagi sekarang di Indonesia sekarang mulai "mencuatnya" isu-isu yang mengarah pada ketidakadilan yang dilakukan oleh para pejabat penting negara, momentum yang pas ketika facebook adalah alat utama untuk mengkonsolidir diri dalam kebaikan. gerakan-gerakan dunia maya/jejaring sosial facebook ternyata lebih efektif dilakukan di Indonesia karena pengguna aktif facebook di Indonesia mendapatkan perinkat kedua setelah AS, dan hampir semua orang di Indonesia menggunakan facebook sebagai komunikasi sosial dalam dunia maya.