Rabu, 09 Juli 2008

anturan yang ikut-ikutan

Oleh : Niri Yanto*
Budaya “ikut-ikutan” yang sampai sekarang tidak lepas dari bangsa Indonesia, selama ini bangsa kita hanya bisa mengikuti Negara lain, dari konsep Ekonomi, Politik, Pendidikan dan bahkan Teknologi. Negara kita ini tidak percaya diri dengan hasil karya anak bangsanya, salah satu contoh perekonomian, perekonomian yang berasaskan kekeluargaan yaitu, ekonomi kerakyatan sampai sekarang tidak ada titik jelas tentang Ekonomi kearakyatan yang sering kia dengar yaitu “Koperasi”. Budaya ikut-ikutan ini telah merasuki dalam dunia kampus yang yang notabennya untuk menciptakan peserta didik yang kritis, inovatif dan kreatif.
Fakulktas Ekonomi yang menerapkan aturan berpakaian celana panjang Hitam, baju Putih pada saat ujian, sebenarnya sudah banyak kampus-kampus lain yang sudah menerapkan aturan tersebut. Aturan tersebut hanya sebuah ikut-ikutan dari kampus lain, tidak salah kita untuk menirukan sesuatu dari apa yang kita lihat, maupun dari apa yang kita dengar, akan tetapi tidak hanya berhenti pada titik ikut-ikutan atau meniru tapi ada sebuah pengembangan dari apa yang ditiru, kembangkan apa yang telah dilihat dan bahkan apa didengar oleh pancaindranya.
Yang terjadi pada Fakultas Ekonomi tersebut muncul setelah ada pergantian pemimpin yang ada di Fakultas Ekonomi, sebenarnya ini adalah langkah awal yang bagus bagi fakultas Ekonomi untuk bagaimana menciptakan Fakultas Ekonomi tetap Eksis di internal Universitas Merdeka Malang Maupun di eksternal universitas Merdeka Malang, akan tetapi aturan yang di buat oleh Birokrasi Fakultas Ekonomi tersebut tidak ada nilai kreatifnya, yang ada hanya untuk melanjutkan budaya yang ikut-ikutan. Apalagi yang menjadi sasaran dari aturan yang ikut-ikutan tersebut adalah mahasiswa.
Dengan adanya aturan tersebut Fakultas Ekonomi sudah menghilangkan kekolektifan dari mahasiswa Fakultas Ekonomi, kalau ditinjau dari ilmu ekonomi konsumen tidak bisa disamaratakan baik dari permintaan konsumen maupun dari karakter konsumen, disamping itu aturan tersebut tidak sesuia dengan substansinya. Karena inti dari (ujian akhir semester) UAS atau (ujian tengah semester) UTS adalah untuk mengerjakan soa-soal tersebut dan tidak perlu kita disibukkan dengan mencari pakaian celana hitam dan baju putih.
Mahasiswa juga ikut-ikutan
Yang merasakan dari aturan tersebut adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi, dan anehnya mahasiswa banyak yang ikut-ikutan tanpa mempertanyakan apa tujuan aturan tersebut, aturan tersebut sudah mematikan inovatif, kreatif dan kekolektifan mahasiswa Fakultas Ekonomi. Mahasiswa Fakultas Ekonomi disamping disibukkan dengan Ujian Akhir Semester juga disibukkan dengan mencari baju untuk mengikuti aturan yang ikut-ikutan.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi tidak bedanya dengan Komputer yang selalu mengikuti kehendak yang mengeprasionalkannya. Contohnya sudah jelas dengan adanya aturan tersebut, ada sibuk mencari baju putih dan bahkan yang pinjam ketemannya, ada yang langsung beli baju putih dan ada yang berbohong karena tidak dapat pinjaman baju putih dan tidak punya uang untuk memebelinya hanya untuk mengikuti ujian.
Matinya daya kritis dari mahasiswa terbukti dengan adanya aturan yang dibuat oleh Birokrasi Fakultas Ekonomi, mahasiswa hanya bisa ngomongin “dibelakang” tentang aturan tersebut tidak ada keberanian untuk ngomongin langsung kepada pihak yang terkait.

*Mahasiswa jurusan Manajement
Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang
anthok.gadjahmada@yahoo.co.id

2 komentar:

Antown mengatakan...

Tidak menyangka ente sudah punya banyak tulisan, ikut ngeblog jangan hanya ikut2an ya, sahabat. Ikut nulis jangan cuma ingin meramaikan tren.

Mari kita berbagi, dan selalu berbagi...

keep on blogging!!

Unknown mengatakan...

ya mas!!! heheheehehe