Rabu, 04 Juni 2008

media jadi sasaran partai politik

BAB I

Pendahuluan



pada era reformasi media semakin berkembang pesat entah di media cetak maupun di media audio-visual. fungsi dari media sendiri untuk menyampaikan informasi-informasi kepada masyarakat pada umumnya, karena media disini fungsinya sebagai informasi maka tidak salah ketika peran mediapun dituntut mencari informasi yang berkembang pada saat ini.

dengan berkembagnya media di indonesia para aktor politik tidak mau tinggal diam untuk mencari perhatian masyarakat lewat media-media yang ada, media biasanya menjadi sasaran pada waktu mendekati pemilu (pemilihan umum) dan yang bermain disini adalah para partai politik untuk mencari suara dari rakyat. permainan yang ditunjukkan oleh para aktor politik adalah bagaimana untuk bisa menguasai seluruh media yang ada, dan iniah yang sering disebut dengan komunikasi politik dimana seorang aktor politik untuk berkampanye, mencari perhatian, dan mencari suara demi kekuasaan.

sebenarnya Praktik komunikasi politik selalu mengikuti sistem politik yang berlaku. Di negara yang menganut sistem politik tertutup, komunikasi politik pada umumnya mengalir dari atas (penguasa) ke bawah (rakyat). Komunikasi politik semacam itu menerapkan paradigma komunikasi top down. Penerapan pendekatan ini memang bukan satu-satunya, namun yang dominan dilaksanakan adalah pendekatan top down. Untuk mewujudkan paradigma tersebut, pendekatan komunikasi politik terhadap media massa bersifat transmisional. Komunikasi politik semacam ini banyak dipraktikkan para penguasa ketika Indonesia menganut sistem politik tertutup. Ketika rezim Orde Lama berkuasa, pesan politik yang mengemuka di media massa pada umumnya berisi konflik, kontradiksi yang antagonistik, dan hiperbola.

dampak dari komunikasi politik ini ada 2 hal :



  1. sering menipu rakyat dalam berkampanye, entah dari cara berbicara dalam televisi atau dalam penyampaiannya yang menjanjkan.


  2. para kaum elit (aktor politik) mengemas pesan politiknya mengacu pada kepentingan rakyat, hal itu semata karena mendapatkan sebuah kekuasaan.

perpolitikan di indonesia sekarang cendrung politik terbuka dimana sebuah pesan dari satu orang untuk orang banyak untuk sebuah kekuasaan.



BAB II

Media jadi sasaran partai politik


menjelang pemilu media sangat di untungkan karena dengan adanya pemilu posisi media di atas segalanya dalam berkampanye karena lebih efektif ketimbang kampanye yang memakai panngung dan didalam media cetak seperti koran, majalah dan yang lainya kadang-kadangseorang Tokoh politik cenderung digambarkan secara permukaan. Wartawan dianggap sebagai “orang suci” karena di era persaingan media yang ketat ini, wartawan seolah jadi penyambung lidah politikus. ketika seorang wartawan tidak bisa mengatur dimana posisinya maka yang terjadi adalah seorang wartawan benar-benar dijadikan penyambung lidah politikus.

apalagi dengan adanya televisi atau koran ini menciptakan sebuah perubahan di dalam dunia media atau perpolitikan. dimana aktor poltik mengubah strateginya dalam berkampanye intrik dalam mencari perhatian wartawan untuk meliputnya dan sering kali wartawan terlena dengan intriknya politikus dimana terbukti beberapa wartawan sampai lari-lari untuk mencari informasi dari seorang politikus. pada waktu pemilu 2004 seorang SBY yang sebelumya belum muncul dari permukaan tiba-tiba muncul di sluruh stasiun televesi yang ada di indonesia dengan wajah karismatiknya. sama yang dilakukan oleh para aktor politik lainya seprti amien rais, mega wati, jusuf kalla dan aktor yang lainnya.

kelalaian wartawan sering kali dimanfaat oleh aktor politik, yang biasanya wartawan posisinya netral malah tejebak dalam berkampanye seorang calon. posisi wartawan dengan aktor politik sangan berbeda, aktor politik adalah komunikator dan wartawan adalah alat penyampaian suatu pesan dari komunikator dari itu semua yang menerima suatu pasannya adalah masyarakat pada umumnya.


BAB III

Penutup


pada intinya adalah aktor politik dengan wartawan sangat di untungkan dengan adanya media audio-visual dan media cetak yang penyampainnya lebih efektif dan kreatih, kejadian seperti itu sering disebut dengan komunikas politik.

Tidak ada komentar: